Contoh Pidato, berpidato memang susah susah gampang pasalnya kita harus berbicara didepan banyak orang, wah ini tentunya harus mempunyai kesiapan yang cukup baik dari segi mental maupun materi yang akan dibicarakan, tentunya kalian tidak akan mau melakuakan kesalahan saat berpidato.

Untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam berpidato saya akan memberikan beberapa Tips dalam berpidato, silahkan disimak.
Tips Berpidato
1. Jangan berpidato terlalu lama dan berpanjang-panjang, karena akan membuat pendengar merasa bosan. pidato yang baik adalah pidato yang mampu menyesuaikan durasi pidato dengan apa yang sedang di bicarakan.

2. sebisa mungkin buatlah pidato secara sederhana, jangan terlalu berbelit belit karena pada umumnya pendengar hanya akan memahami beberapa ide dari semua isi pidato anda.

3. bersikap realistis, hal ini dimaksudkan karena anda di minta untuk berpidato karena anda memiliki pengalaman pengalaman khusus yang tidak dimiliki oleh para pendengar anda, jadi ceritakanlah pengalaman anda dan sebisa mungkin untuk menarik perhatian pendengar.

4. Menarik Perhatian Pendengar, seperti pada point no 3 hal ini dimaksudkan agar para pendengar tidak jenuh akan pidato anda ada baiknya anda menyisipkan sedikit candaan dalam berpidato.

5. Rileks. karena para pendengar bisa melihat ketegangan anda dan hal ini justru akan menghilangkan fokus anda dalam berpidato, jadi sebissa mungkin bersikaplah tenang. biarkan saja mengalir.


itulah beberapa tips dalam berpidato yang bisa kalian gunakan agar dalam berpidato tidak terjadi kesalahan. dan sesuai dengan janji saya, saya akan memberikan Contoh Pidato, silahkan disimak contoh naskah pidato dibawah ini.

Foto Seni Budaya

Seni Budaya






Bagaimana cara melestarikan sistem sosial budaya Indonesia di era globalisasi?
Di era globalisasi seperti sekarang ini, sudut-sudut dunia seakan-akan sangat dekat di kehidupan kita sehari-hari. Informasi dari sudut dunia manapun sangat mudah untuk kita ketahui. Akibatnya tanpa disadari difusi atau persebaran ide-ide, baik berupa sistem sosial ataupun budaya dari luar masuk ataupun masyarakat luar menyebar dan mungkin ikut terinternalisasi dalam kehidupan suatu masyarakat regional tertentu, seperti masyarakat suatu negara. Persebaran ide-ide tersebut, makin intens karena didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan para penyedia informasi yang berlomba-lomba menginovasi diri sebagai penyedia jasa pemberi informasi. Pengaruh yang kompleks tersebut, sudah pasti mempengaruhi kehidupan masyarakat / bangsa suatu negara, tak terkecuali masyarakat dan bangsa Indonesia.
Hampir semua negara atau bangsa yang telah merdeka dan di akui derajat dan keberadaannya (de facto dan de jure ) oleh negara lain memiliki undang-undang atau konstitusi sebagai wadah dari sistem sosial budayanya. Indonesia yang merupakan negara merdeka dan diakui dunia juga memiliki konstitusi yang mengatur sistem sosial budaya Indonesia, tidak hanya itu di Indonesia di kenal adanya empat (4) pilar kebangsaan sebagai pengusung dan wadah sistem sosial budaya Indonesia. Empat pilar yang dimaksud yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Akhir-akhir ini, sungguh sangat disayangkan sebagaimana yang kita rasakan, baca, dengar, dan lihat, fenomena kebangsaan Indonesia begitu sangat memprihatinkan. Gejala-gejala negatif dan destruktif menjadi gambaran sehari-hari dari fenomena kebangsaan kita sekarang. Fenomena atau gejala destruktif ini seakan-akan “telah membudaya”. Fenomena tersebut hampir (nyaris) melingkupi seluruh tatanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta digawangi oleh hampir (nyaris) seluruh lapisan masyarakat Indonesia, terutama mereka para petinggi yang seharusnya dapat menjadi figur atau contoh teladan bagi masyarakat Indonesia.
Sebenarnya pertanyaan yang perlu kita ajukan yaitu, benarkah globalisasi menggerus sistem sosial budaya Indonesia? Ataukah kita sendiri yang secara sukarela “melepaskan begitu saja” sistem sosial budaya Indonesia? Atau apakah kita sebagai generasi muda Indonesia tidak mampu menginterpretasikan gagasan para pendiri bangsa (empat pilar kebangsaan) Indonesia tersebut dalam era globalisasi? Atau memang generasi sekarang acuh tak acuh sehingga untuk hal kecil saja dalam upaya pelestarian sistem sosial budaya Indonesia harus menunggu dan diarahkan oleh generasi tua “terdahulu? Ataukah ini merupakan fenomena sosial sebagai dampak dari ketidaksuksesan pendidikan dan dampak dari frustrasi ekonomi, sosial dan politik masyarakat Indonesia?
Tentu dalam pemecahan masalah tersebut haruslah kita lihat dari berbagai sudut pandang secara komprehensif. Masalah tersebut mengacu pada karakter bangsa. Pilar-pilar bangsa menjadi fungsi kebudayaan yang mengikat kebangsaan secara keseluruhan. Runtuhnya pilar-pilar disebabkan penetrasi budaya terutama arus globalisasi yang begitu hebat dan lebih pragmatis sehingga bisa menimbulkan konflik.
Sebenarnya pemecahan masalah tersebut tidak hanya berkenaan dengan mempatenkan budaya Indonesia, tetapi haruslah kita cari bagaimana sistem sosial budaya tersebut mampu atau dapat menjadi sesuatu yang sakral sehingga sebagaimana yang dikatakan oleh Emile Durkheim sistem sosial budaya tersebut mampu menimbulkan solidaritas, integrasi dan rasa memiliki terhadap sistem sosial budaya tersebut sehingga dirasakan adanya rasa ketergantungan dan rasa memiliki anggota-anggota dari masyarakat terhadap ke sakralkan tersebut. Ini bergayut pada keharusan kita melaukukan “ritual” dari sistem sosial budaya tersebut sebagai suatu yang sakral, menciptakan ketergantungan dan solidaritas sosial.
Sebenarnya teori tersebut merupakan teori dari Emile Durkheim mengenai keberlanjutan suatu agama. Saya sangat terinspirasi dengan pembelajaran sosiologi agama, termasuk teori-teori para sosiolog dalam sosiologi agama.
Sistem sosial budaya itu dapat diibaratkan suatu agama, jika tidak dilakukan dapat menimbulkan rasa bersalah bagi pemeluknya dan mempengaruhi si pemeluk dalam dinamika sosial kemasyarakatan. Kesakralan dan ritual tersebut baru berarti apabila diakui oleh anggota masyarakat lain, begitu pula sistem sosial budaya Indonesia.
Perlu juga kita sadari dan lakukan, bahwa dalam pelestarian sistem sosial budaya Indonesia itu perlulah dilakukan proses “pilih-pilih-buang”. Dalam artian membuang atau menghapuskan nilai atau norma dalam sistem sosial budaya Indonesia yang menghambat pembangunan, pemberdayaan dan mempengaruhi keterbelakangan mentalitas bangsa dan negara Indonesia, sebagaimana yang dilakukan secara berani oleh Bangsa Jepang demi kemajuan bangsa dan negaranya (Silahkan baca buku Koentjaraningrat judulnya “Mentalitas Bangsa Indonesia”). Ini dapat memperkokoh dan memperkuat keyakinan kebangsaan dan bernegara karena secara nyata inilah yang disebut sebagai kesadaran sosial dalam upaya mengukuhkan dan memperkuat eksistensi masyarakat Indonesia. Selain itu, terus menerus untuk melaksanakan tradisi yang mendukung kemajuan bangsa seperti hidup sederhana, hemat, gotong-royong dan tolong menolong dalam kebenaran.
Kita tidak memiliki strategi kebudayaan sehingga permasalahan pokok pun mudah saja mengobati. Ke depannya harus ada strategi kebudayaan. Kita belum mempunyai kebudayaan komprehensif yang mengakibatkan nilai-nilai luhur tidak ada. Maka sangat penting dan sungguh merupakan hal yag urgen (mendesak) untuk menerapkan strategi efektif internalisasi budaya dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Dan akhirnya sikap dan perilaku optimis dan optimisme untuk menjadi lebih baik untuk bangsa dan negara Indonesia dapat menjadi pemacu individu dan kelompok dari keberagaman bangsa Indonesia untuk mewujudkan Bangsa dan Negara Indonesia yang maju, adli dan beradap di hadapan dunia dan terutama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber : http://sosbud.kompasiana.com

Sosial Budaya


Definisi Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki arti kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara.

Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita.

Menurut Bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Menurut ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Menurut Pitirim Sorokin, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers, Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

Paul B. Horton, Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

Definisi Antropologi

Antropologi berasal dari kata Yunani, anthropos yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.

David Hunter Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.

Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

William A. Haviland, Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.

Pengertian Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin dan Yunani, istilah "sistem" diartikan sebagai mengabungkan, untuk mendirikan, untuk menempatkan bersama.

Sistem adalah kumpulan elemen berhubungan yang merupakan suatu kesatuan.

Sistem adalah Suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

System is an organized scheme or method (Sistem adalah kumpulan skema atau metode).

Pengertian Sosial Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.

Sumber : www.aliciakomputer.blogspot.com

Perubahan sosial budaya


Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan

Sumber : www.wikipedia.com.